Jum'at di Guyur Hujan

Pagi ini hujan lebat mengguyur kota dengan beringas. Seakan ia berkata bahwa pagi ini manusia janganlah gegabah. Waktu menunjukkan pukul 07.30 pagi saat aku tengah tersadar dari bunga tidurku. Saat itu pula aku melihat bayang wajah ibu tengah membangunkan aku dan ia berkata "bangun nak, nenek butuh bantuanmu di warung. Tolong ke sana nak!" Aku pun terbangun sembari membuka mulutku dan memperhatikan jendela kamarku. "Astaga....." Kataku. Hujan yang seakan tak mau berhenti bersahutan dengan angin. Keras suaranya tak mau kalah dengan alarm di ponselku.
Aku pun melangkahkan kakiku ke teras rumah. "Oh my god" seakan aku melihat hujan itu tengah menari nari bagai balerina. Angin yang berhembus menyentuh tubuh seakan memelukku. Sejenak aku takjub dengan pemandangan itu. Sembari terhening sejenak tiba tiba terdengar suara dari ayah yang sedang membersihkan lantai kamar yang basah akibar rembesam air hujan di tembok kamar adik perempuanku. Ketika aku tengah membantu membersihkan, tiba tiba terdengar suara letupan yang cukup membuat orang orang serumah terkejut. Salah satu saluran listrik mengalami pergesekan elektron dengan hydro. Namun tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan oleh orang orang serumah.

Pukul 09.30
Hujan telah mulai meredakan emosinya. Begitu juga dengan angin. Sesegera mungkin aku menuju ke warung yang jaraknya tidak jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku menemukan nenekku tengah memasang wajah bingung dan berkata "kak, itu rolling door nya rusak lagi" ku periksa dengan seksama ternyata benar. Kejadian serupa pernah terjadi namun itu sudah lama sekali. Aku mencoba untuk mengangkat alumunium berikat itu. Kucoba namun nihil hasilnya. Tiba tiba datanglah seorang pria paruh baya, dia adalah salah satu dari pelanggan warung yang cukup dekat dengan nenek ku. Dia pun ikut membantuku untuk mengangkat pintu alumunium itu. Namun hal itu membuat gerakku terbatas. Akhirnya ku coba untuk menggeser gerobak kecil yang ada di depan rolling door ini. Ruang gerakku pun akhirnya bebas. Dengan sekuat tenaga aku coba untuk mengangkat rolling door ini. Dan "TARA...." Rolling door pun terangkat dan warung pun dapat beroperasi seperti biasanya. Peluh yang menetes sedari tadi ku seka dengan lenganku. Sembari membuat segelas teh hangat aku pun duduk di dalam sambil beristirahat sejenak. " sarapan dulu kak.. " suara nenek. " iya " ku jawab singkat. Kuturuti apa yang beliau katakan. Kuambil sebuah piring dan beberapa centong nasi, ku ambil seekor ikan lele goreng lalu ku jatuhkan kecap ke atasnya. Sembari mengisi perut, dan nenek menata dagangan, kami pun bercakap cakap sembari bersenda gurau. Ya, aku memang kerap melakukan hal ini dengan nenekku. Setelah selesai aku berpamitan dan segera menuju rumah untuk membersihkan diri. Orang rumah sudah melahap sarapan mereka dan tengah melakukan aktifitasnya masing masing.

Menjelang siang, aku pun mempersiapkan diri untuk bertamu kerumah Sang Pencipta. Bergegas menuju ke sebuah masjid yang jaraknya lumayan dari rumah. Masjid yang biasa aku singgahi untuk beribadah pada hari jum'at. Ku parkirkan kendaraanku dan menuju ke tempat wudhu untuk bersuci. Ku langkahkan kaki menuju lantai dua masjid dan aku duduk di sebelah pria berusia sekitar 40 tahunan. Wangi wangian tercium dalam ruangan ini. Senang sekali hidungku ini merasakannya. Mungkin satu minggu sekali bisa ku dapatkan suasana semacam suasana seperti ini. Dan kegiatan ibadah pun dimulai.

Segera aku menyalakan kendaraan kesayanganku dan menarik gas menuju rumah. Cuaca masih mendunh seperti tadi pagi dengan sisa-sisa air hujan yang menetes dari helai-helai daun yang bergoyang. Tiba di rumah segera ku siapkan diri untuk berangkat menuju tempat yang sebelumnya aku rencanakan untuk kesana. Tempat biasa aku berlatih bersama adik adikku yang biasa juga kami gunakan untuk berkumpul. Hingga menjelang maghrib latihan selesai aku segera bergegas pulang.

Hari yang melelahkan. Namun bagiku cerita hari ini adalah perihal yang membuatku belajar akan kegiatan dan waktu yang seharusnya aku gunakan dengan bijak, serta kondisi yang tidak tentu bertabur cerita sehari.

0 comments:

Posting Komentar

slide foto